Tenaga Kerja China di Project Bakti Kominfo Kalimantan


Dinner bersama Team FH Z5 #Yang Yuanbo, Yudi, Agus, Rusli
Budaya kerja menjadi salah satu nilai utama dalam bekerja sama dalam membangun kemajuan untuk mencapai target sesuai dengan tenggak waktu yang di berikan oleh provider yang tentu terbingkai dalam Standar Operasional Prosedur (SOP). sebagai orang baru tentu tidak hapal secara detail tentang bagaimana kultur kerja yang diterapkan di PT. Fiberhome. saya membaca handbook PT FH memiliki Nilai Inti budaya perusahaan adalah sebagai berikut.

1. Customer Orientation

Pelanggan selalu menjadi dasar di mana perusahaan dapat bertahan, dan orientasi pelanggan selalu menjadi kompas yang membimbing perusahaan untuk terus maju. Kami telah bertahan dalam memulai pekerjaan berdasarkan bisnis pelanggan, dan layanan terus-menerus inovasi, sehingga terus menciptakan nilai maksimal bagi pelanggan.

2. Inovasi adalah sumber yang mendorong Fiberhome untuk berkembang dari perusahaan yang baik menjadi perusahaan yang hebat. Kami mendorong staf untuk tidak pernah puas dengan situasi mereka saat ini tetapi untuk menjadi agresif dalam membuat terobosan dan terus bergerak. Kami mendorong staf untuk melakukan upaya untuk memperbaiki situasi aktual mereka dan mulai dari detail. Kami mendorong staf untuk mendasarkan pada teknologi mutakhir industri dan membuat inovasi terbuka ketika mewarisi pencapaian luar biasa dari orang lain.

3. Professional Integrity

Kami telah mematuhi prinsip-prinsip dasar integritas iklan itikad baik untuk terlibat dengan pelanggan. Kami menganjurkan kejujuran dan Keyakinan, persaingan yang adil, dan operasi yang patuh, untuk memenangkan pelanggan dengan kekuatan komprehensif kami.

Kami membutuhkan staf kami untuk bersemangat dan mengabdikan diri untuk bekerja, dan dengan sungguh-sungguh memenuhi tugas mereka, yang merupakan persyaratan dasar etika profesional. Kami mendorong staf kami untuk menempatkan pijakan mereka di pos tugas, bersemangat dan profesional dalam industri, dengan sungguh-sungguh memenuhi tugas pekerjaan, dan melakukan upaya untuk mengejar tingkat yang lebih tinggi dalam karir.

4. Incremental Development

Fiberhome mengejar pertumbuhan dan kemajuan berkelanjutan untuk membangun bisnis kami agar bertahan lebih lama. Kami mendorong staf untuk mewujudkan lebih banyak output dengan input yang sama dan output yang sama dengan input yang lebih sedikit. Kami mendorong staf untuk menjadikan peningkatan kinerja organisasi sebagai tujuan, melakukan upaya untuk menemukan cara untuk mewujudkan tujuan, dan terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kinerja pribadi. Kami bersikeras untuk terus meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham dan masyarakat dengan pertumbuhan yang kuat dan kinerja yang baik. *Sumber handbook PT.FH - Translate Google)

Melihat dari isi handbook tentan inti budaya perusahaan adalah sanagt baik, sekarang kita bahas bagaimana actualisasi yang terjadi di lapangan dalam bekerja sama antara orang cina dan orang indonesia. Pertama saya akan bahas sesuai pengalaman di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Saya mulai bergabung di PT ini melalui HRD bernama ibu Yulia sari yang kini sudah resign juga, saya di interview oleh Ibu vanessa dan bergabung melalui kontrak dari outsourching PT. Elabram System, penempatan di Ketapang dengan Zone manager bernama Asep Rohana, di Zone itu juga ada China sebagai User 2 orang yang saya tidak ingat persis namanya. karena ketergantungan kita terhadap user/cina, saat saya masuk ke kantor itu, saya melakukan perkenalan dan bertanya tentang bagaimana work flow dalam bekerja di Zone tersebut, tetapi zone manager mengatakan kamu tanyakan kepada user kamu yang bernaman Hu Ying Qing/Nama lainnya (Henri Hu), setelah saya tanyakan ke pak Henri Hu, how About Work Flow at Zone A Ketapang Mr.? he said, zone manager (Ase) will arrange you and you follow the rule from him. Zone Manager menyuruh ke Henri Hu, dan Henri Hu menyuruh ke Zone manager jadi saya bingung dan diam saja. selanjutnya setelah beberapa jam di kantor itu, saya lalu di suruh keluar dari kantor itu karena cinannya akan datang. so why dalam hatiku. jadi saya keluar ke masjid yang kebetulan dekat untuk tidak di lihat si Cina, kita di larang di kantor ketika ada cinanya, namun juga tidak di ijinkan tetap stay di Hote/kosan.

Berlanjut ke hari kedua, kejadian yang sama juga tetap begitu, dan dihari ke 3 d kota ketapang itu, saya diminta ke Kec. Sandai dan saya berangkat ke sana bersama 1 orang dari team V-sat, 1 team TI,  saya berdua sebagai RNO. sesampai di Sandai, saya haru cari kosan dengan biaya sendiri, sayangnya saya juga tidak di akomodir kendaraan apapun jadi ketika saya memiliki keperluan, saya harus jalan kaki ke kosan team lain untuk pinjam motor.

Berlanjut ke hari-hari berikutnya, saya ke site melakukan SSV di pandu oleh rekan bernama Indra Gunawan, menggunakana kendaraan pinjaman dari team lain, ketika melakukan request Operasional, kita di minta untuk lebih dulu membayar menggunakan uang pribadai untuk ops dan nantinya akan di remburse di akhir bulan. demikianlah siklusnya di hari-hari berikutnya.

===

berikut beberapa petinggi PT. FH regional pontianak yang sempat saya rekam nama-namanya.

RPM : Yao Zhi Peng

RPM Local : Zulkifli Mattola [Irel] Lokal 

PCM : Wang Xiang Hua [Mark]

Rollout : Zhu Xiao Zhe [Jeff] 

PMO : Wang Xiang Hua [Mark]

PSO Local : Merry Permata

TD : Wang Bao

MICROWAVE : Chen Hong Bing

Material : Liu Liang

Optimization : Hu Ying Qing [Henry]

===

Additional info actual situasi di Part RNO adalah dimana tunjangan komunikasi berupa Pulsa sebesar Rp. 200.000 harus di gunakan untuk pekerjaan SSV juga sesuai permintaan user, pada hal tunjangan komunikasi sebesar Rp.200.000 tersebut base info dari HR Pontianak bernama Mira pure untuk komunikasi yang di remburse setiap bulanya dan berbeda dengan pulsa untuk SSV test pada saat ke site, tetapi ini kita tidak dapat melakukan komplein karena impect nya ke kontrak yang sangat mungkin tidak di extend.

Setiap kali ada issue yang saya tanyakan kepada outsourching ataupun kepada HR PT.FH, jawaban nya selalu dengan bergantung kepada user, "tergantung user pak, silahkan tanyakan ke pihak user/cinanya." kata salah satu staf di Pontianak bernama Fernando.

Pengalaman lain adalah ketika saya sampai di Tarakan, berselang beberapa waktu, user china (Hu Ying Qing) meminta saya untuk bergeser ke Putussibau yang jarak tempuhnya kurang lebih 21 jam menggunakan pesawat plus 4 kali transit untuk sampai di lokasi yang di inginkan user/cina.

berikut percakapan saya dengan User/china.

User : Hello. I want to move you to putussibau. I am waiting for you in putussibau

Me : I handle CME 4 site for Kutai barat pak

User : No need, #This is not your work, #Come putussibau surport two months, #Dot discuss with other guys it is decide by me.

Me : I've paid the rent house in tarakan pak Boss. I don't mind supporting cme and waiting for work for ssv

User : FH will compensate you, You can contact with HR, Maybe support TD leader work here

saya di relokasi ke Putussibau dengan Pekerjaan yang juga bukan job desk saya sesuai kontrak, alasan saya di relokasi karena di tarakan saya bekerja bukan pada job desk, sementara tujuan di mana saya direlokasi juga bukan sesuai job desk yang tertera pada kontrak dan saya tidak di perbolehkan untuk diskusi dengan orang lain, konsekuensinya jika membantah adalah pemutusan hubungan kerja. karena saya menginginkan pekerjaan saya berlanjut lama (tidak ingin di end kontrak), maka saya bergantung pada kehendak user/cinanya meskipun dalam benak tidak sesuai dengan nurani, saya juga melihat user/cina yang ada di perusahaan ini banyak menyalahiperaturan terutama pengabaian pada K3, juga terkait kerja Over time tidak bisa d claim.

Beberapa metode yang di jalankan di PT. FH ini untuk pembangunan menara BTS Bakti Kominfo untuk 3T di mana kita sebagai warga lokal tahu persis situasi dan kondisi area dan memahami bagaimana progress ini bisa kita kejar deadlinenya agar sesuai dengan jadwal implementasi, tetapi karena ketergantungan kita kepada tenaga kerja inport/user/cina/TKA maka ini terjadi beberapa kendala yang sangat signifikan dari pandangan saya. adapun dasar dari pandangan saya ini adalah melalui beberapa wawancara kepada rekan kerja termasuk manager Zone, analisa dan pengamatan langsung melalui interaksi dengan para user/TKA.

Berikut beberapa kesimpulan saya :

1. Perbedaan budaya kerja 

Perbedaan budaya kerja yang kita jalankan di dalam implementasi pembangunan menera BTS di daerah 3T ini salah satu hambatan yang besar dalam kemajuan progress yang agresif. ini saya sebutkan karena budaya kerja kita sebagai warga Indonesia adalah Fleksibel terhadap situasi di lapangan tanpa mengesampingkan target perusahaan. contoh kasus : User/Cina memiliki keinginan agar kita menuju lokasi kerja dan melakukan pekerjaan sesuai dengan target mereka tanpa memperdulikan situasi, bahkan kita kerja sampai malam bagi mereka adalah satu keharusan asal target tercapai, sementara efektifitas saat bekerja di malam hari sangat tidak efektif, selain itu resiko kerja juga tidak di perhitungkan bagi mereka. dalam perihitungan kami sebagai warga lokal, pekerjaan ini dapat kita kerjakan paling tidak sampai jam 8 malam jika itu memang sudah deadline, dan kita bisa istirahat dan bisa melanjutkan bekerja di pagi hari. itu lebih efektif ketimbang kita kerja sampai jam 2 subuh karena pasti kita akan bangun di siang hari untuk melakukan pekerjaan lagi. 

2. Pemahaman Situasi dan kondisi 

Hal ini adalah bagian yang paling crusial, user/cina dalam memberikan intruksi banyak sekali tidak situasional atau kondusif, bahkan beberpa rekan yang saya ajak diskusi mengatakan bahwa progress ini bisa lebih maju jika kita tidak bergantung pada perintah atau arahan TKA dari cina tersebut. Alasanya adalah karena mereka tidak tahu kondisi lapangan, mulai dari kondisi geografis, kondisi Akses dan kondisi warga tempat lokasi kita bekerja apalagi daerah 3T dimana ada kearifan lokal yang tidak boleh kita langgar. 

3. Efektifitas SDM

Efektifitas SDM juga sangat jauh dari kata efektif. ada banyak team yang sebenarnya dalam bekerja bisa dikatakan tidak efekti karena tidak adanya Job desk yang ditetapkan dan tidak adanya Work flow yang di implementasikan sehingga tidak terukur bagaiamana setiap sumber daya dalam menjalankan tugasnya. secara potensi, banyak sekali team yang tergabung di PT.FH ini memiliki pengalaman yang luas namun tidak termanfaatkan dengan baik karena ketergantungan kita dengan para TKA dari Cina. 

4. Alokasi Operasional team di lapangan

Hal ini sensitif tetapi dari sini juga saya melihat terjadinya hambatan-hambatan kemajuan progress yang cukup berpengaruh, untuk menggunakan operasional kita harus melalui regulasi yang sangat panjang, request by Email dan menunggu approval dari user/Cinannya, selain itu untuk penggunaan Operasionalnya harus ada Evidance dan wajib lengkap. contoh kasus ketika saya mau menyebrang ke Pulau Meledang, saya sudah sampai di pelabuhan tetapi Approval OPS tidak ada sehingga saya harus bermalam di pelabuhan itu, dan menunggu esok hari untuk dapat Ops. Kalau kita hitung, Efektifnya adalah Operasional segera approved sebelum saya tiba di Pelabuhan Sukadana sehingga saya tidak perlu lagi meminta uang penginapan di pelabuhan itu. seharian itu saya tidak ada progress secara perhitungan pada hari itu gaji saya dan teman-teman yang lain tetap harus di bayar tetapi tidak ada progress sama sekal, selain itu pekerjaan juga tertunda hanya karena uang penyebrangan yang tidak di approve. 

5. Interuksi

Langsung to the poin aja pada kasus ini, kita di interuksikan ke site hanya untuk mengambil foto setiap hari, bahkan saat tidak ada team yang bekerja di site tersebut kita harus ke lokasi untuk melakukan pengambilan foto Pure hanya ambil foto saja. Efektifnya dimanaaa? Operasional habis, team hanya ke lokasi dan tidak ada melakaukan apa-apa selain ambil foto. aduuh ente kadang kadang ente.

Sebenarnya masih ada banyak fakta-fakta yang kita bisa temui dari semua deskripsi saya diatas tentang bagaimana bekerja bersama denga User/China/TKA namun tidak semua bisa di tuang ke dalam sini karena ada juga yang sifatnya sensitif

Naah...

itulah kesimpulan dari separuh yang saya rasakan selama bergabung dalam pembangunan menara BTS di area 3T. hitung-hitung yang di rugikan adalah negara kita, karena tenaga kerja asing yang mengendalikan pelaksanaan project ini tidak lebih potensial ketimbang orang Indonesia Sendiri. orang-orang Indonesia tidak bisa memberikan interupsi bahkan ketika ada kejanggalan yang terjadi karena kita takut kontrak kita tidak diperpanjang. kejanggalan pengabaian K3, kerja overtime dan lain-lain sebagainya. sayang sekali saya tidak bisa mendeskripsikan secara konprehensif agar pembaca bisa tahu betapa Komplikasinya pekerjaan ini di kendalikan oleh TKA dari luar. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selalu Rindu Mama

Pembangunan menara BTS BAKTI kalimantan Utara

Kisah Intelijen masa pemberontakan Abdul Kahar Muzakkar yang tinggal di Dusun terpencil. Sumpang Ale, Bulukumba