Kisah Intelijen masa pemberontakan Abdul Kahar Muzakkar yang tinggal di Dusun terpencil. Sumpang Ale, Bulukumba

Sisi lain dari pasukan Kahar Muzakkar di Tibona

Pada masa gerilya Kahar Muzakkar memimpin TII/DI (Tentara Indonesia Islam/Darul Islam) tahun 1950-an yang saat itu bermaksud memimpin Indonesia bagian timur, dengan pasukan gerilya Sulawesi Selatan dan Tenggara, Abdul Kahar Muzakkar memulai pemberontakan menentang kebijakan Republik Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno.
Foto semasa hidup Etta Badu bersama Anak bungsunya
sumber foto : fb @uchank casta
Pada masa gerilya Kahar Muzakkar memimpin TII/DI (Tentara Indonesia Islam/Darul Islam) tahun 1950-an yang saat itu bermaksud memimpin Indonesia bagian timur, dengan pasukan gerilya Sulawesi Selatan dan Tenggara, Abdul Kahar Muzakkar memulai pemberontakan menentang kebijakan Republik Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno.

Seorang Tentara Veteran (TNI saat ini) juga bisa disebut sebagai pasukan Gerilya (pasukan Kahar Muzakkar). Dia tinggal di salah satu kampung bagian Utara Bulukumba tepatnya di Desa Tibona Dusun Sumpang Ale, Dia di kenal dengan nama panggilan Etta Badu (keturunan Bangsawan). Kemampuan Inteligentnya membuat separuh Sulawesi-Selatan berakhir dari pertikaian.

Memang sepertinya aneh, karena orang tersebut menjadi pasukan TNI dan juga sebagai pasukan DI, sementara kala itu TNI dan DI saling bermusuhan, anehnya lagi, ketika dia berada pada posisi TNI, maka ia pun ikut menembaki para pasukan DI, begitupun ketika Dia  berada pada pasukan DI, juga menembaki TNI.

Cerita ketika dia berperang melawan musuh, dia tidak mau merayap atau berlindung di balik semak, justru dia pasang badan menenteng senjata menantang peluruh. "De' neulle pura ammusurenge kolleppangi Taue, "Artinya, perang tidak bisa selesai kalau kita sembunyi," tutur Etta Badu sapaan Akrabnya saat Dia menceritakan.

Konon menurut kesaksianya jika tentara Sulawesi Selatan yang bertemu pasukan gerilya, perang usai, peluruh habis, saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat, tetapi tidak ada yang mati tertembak karena peluruh tidak mampu menembus kulitnya. tuturnya dengan nada serius.

Pada hari-hari berikutnya, pasukan gerilya semakin terpojokkan oleh keadaan, Etta Badu kala itu mengambil langkah strategis untuk menghentikan peperangan, dimana Dia telah memprediksi bahwa perjuangan Kahar Muzakkar untuk mengalahkan TNI akan berakhir sia-sia karena semakin hari persenjataan TNI semakin canggih.

Menurut saksi Hidup, Etta Badu kala itu memungsikan dirinya sebagai Inteligent TNI agar peperangan antara Pasukan Kahar Muzakkar diakhiri karena peperangan antara kedua kubu itu juga menelan banyak korban sipil.

Akhirnya Etta Badu lebih banyak memihak kepada TNI dari pada memihak kepada Pasukan Gerilya, akses Etta Badu untuk datang dan pergi ke kedua Kubu membuat jalanya mempermudah untuk mengakhiri perang antara pasukan Gerilya dengan pasukan TNI berjalan lancar, menurut keterangan saksi yang pernah mendengar langsung cerita itu, ketika dia datang ke kubu Gerilya, pesan-pesan untuk mengakhiri peperangan selalu di sampaikan, begitupun ketika datang kepada TNI, Etta Badu selalu menyampaikan agar TNI berhenti mencurigai masyarakat sipil sebagai bagian dari pasukan gerilya.

"Sejak awal September 1961, akibat operasi-operasi militer yang dilancarkan TNI, kedudukan DI/TII semakin sulit,” dalam kutipan Pusrah TNI.

Hingga pada Akhirnya, Etta badu mendapat titik terang pasca berita kematian pemimpinya, Abdul Kahar Muzakkar tertembak 3 peluruh di dada dan roboh oleh satuan siliwangi. situasi semakin melemah pada pasukan gerilya maka ia semakin gencar membujuk para pasukan setia Kahar Muzakkar agar berhenti melakukan pemberontakan dan kembali bergabung bersama Republik Indonesia.

Atas kemampuan Diplomasi Etta Badu, Akhirnya pasukan Kahar Muzakkar menerima tawarannya, dan menyatakan diri untuk bergabung bersama NKRI. Keputusan itu semata-mata diambil Etta Badu agar peperangan berakhir, sehingga masyarakat sipil dapat hidup dengan tenang, sudah saatnya Sulawesi Selatan juga berada pada kondisi yang kondusif, sehingga langkah-langkah Etta Badu dalam mengakhiri peperangan melalui kemampuan Intelegensinya patut menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan hari ini dan seterusnya sebagai generasi.

Meski Berita kematian Abdul Kahar Muzakkar yang ditembak mati oleh Ili Sadeli pasukan satuan siliwangi 330 sekitar pukul. 6.00 WITA pada 3 Februari 1965 Di pinggiran sungai Lasolo, tetapi cerita itu menjadi misteri panjang yang sampai saat ini masih berlarut dalam benak sebahagian orang. Wallahu a'lam.

Misteri keberadaan kuburan Kahar Muzakkar yang disimpan rapat Jend. A. Muhammad Yusuf ikut tertanam bersama jasadnya hingga saat ini menuai banyak kontroversi.

Etta Badu sendiri tidak percaya tentang kematian mantan komandanya. Menurutnya, Berita kematian Kahar Muzakkar itu hanya untuk memulai babak baru pada kehidupan yang lebih baik.
Wallahu a'lamu bisshawab (R)

Cerita diatas merupakan hasil rekonstruksi dari sumber yang didapat langsung dari narasumber terkait maupun dari sumber-sumber lainnya yang dapat dipercaya.

#Apabila dalam tulisan ini terdapat kekeliruan dan kekurangan, mohon sertakan data lengkap dan mengirimkannya ke email mubinrusli@gmail.com agar dapat kami revisi. trimakasih

@rusli

Komentar

Unknown mengatakan…
Pak Kahar Muzakkar dalam persepsi dan pemahaman sebagian besar orang bugis itu belum mati
Anonim mengatakan…
pak kahar bagi sebagian orang di sulawesi selatan belum mati
Anonim mengatakan…
mantap juga nie

Postingan populer dari blog ini

Selalu Rindu Mama

Pembangunan menara BTS BAKTI kalimantan Utara